Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 25 Mei 2012

Hoppipolla: Cerminan Kenakalan Anak Pada Orang Dewasa

“Hoppípolla” (Hoppípolla) merupakan judul sebuah lagu oleh sebuah band asal Islandia, Sigur Rós, yang dirilis sebagai single kedua pada tanggal 28 november 2005. Hal yang menarik dari lagu ini adalah mengenai video klipnya. Beberapa penghargaan telah diraih oleh band Sigur Rós ini melalui lagu-lagu dan video-video klipnya, diantaranya tahun 2003 mendapatkan Best Video pada MTV Europe Awards, juga menjadi nominasi pada tahun 2003: video of the Year Juno Awards, tahun 2004 Best Alternative Music Album Grammy Awards, dan tahun 2004 Best Recording Package Grammy Awards.

Video musik “Hoppipolla” yang dinyanyikan oleh Sigur Rós, dibuat tahun 2005 dengan sutradaranya,  Arni & Kinski. Karya video ini merupakan sebuah karya yang dapat ditangkap secara berbeda maknanya oleh penonton, tergantung dari bagaimana penonton melihat dan menginterpretasikannya. Video musik ini dapat kita katakan sebagai salah satu contoh video yang baik, karena keberhasilannya menampilkan adegan/tayangan yang dituntut harus ada dalam sebuah video sebagai karya seni audiovisual. Hal ini dapat kita lihat dari keseluruhan gambar-gambar yang diberikan, bahkan ketika video ini dimulai sudah ditemukan sebuah tanda-tanda yang bagus untuk sebuah video. Awal video musik ini memperlihatkan seseorang yang sedang melangkah ke arah kiri (dilihat dari sudut penonton) dengan pasti. Gambar yang ditayangkan awalnya hanya bagian dari lutut hingga tapak kaki.

Secara umum, dapat saja kita simpulkan filosofisnya, bahwa arah melangkah ini menandakan sebuah cerita keseharian yang baru saja dimulai; orang-orang tersebut melangkah maju ke depan (meskipun umumnya dalam film, arah kiri ke kanan merupakan tanda yang paling umum digunakan untuk menyiratkan kedatangan/awal mula, tetapi dalam konteks ini, tanda tersebut dapat dibalik). Setelah adegan ini, barulah diperlihatkan sekumpulan orang (sekelompok lansia) berjalan ke arah kamera. Kita melihat bahwa mereka melangkah ke depan; berangkat menuju suatu tempat untuk bersiap-siap melakukan kegiatan di hari itu.

Video Hoppipolla bercerita tentang sekelompok orang tua yang melakukan tindakan brutal (kenakalan/vandalisme) yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Mulai dari mencoret-coret dinding, isengmelemparkan sebuah petasan kepada seorang laki-laki (berusia produktif) yang sedang membetulkan sepedanya, mengetuk pintu rumah orang lalu lari bersembunyi, menguntil di minimarket, sampai melakukan perkelahian dengan sekelompok geng lainnya.

Dalam video ini kita juga bisa melihat kepiawaian sutradara dalam menyampaikan pesan, kalau bukan dikatakan sebagai gambar yang puitis visual kepada penonton. Sekilas, mungkin saja kita melihat segerombolan orang yang sudah lanjut usia berkelahi atau melakukan tindakan vandalisme (merusak vasilitas umum), tetapi jika kita mengaitkan hal tersebut dengan bahasan kriminologis, maka dapat diinterpretasikan bahwa orang-orang tua ini sebenarnya adalah anak-anak yang melakukan delinquency. Tindakan merusak fasilitas umum, mengganggu orang lain, berkelahi dan berbuat onar merupakan suatu bentuk kenakalan, di mana pelaku tindakan menyimpang tersebut adalah anak-anak.

Video “Hoppipolla” ini juga sering memperlihatkan orang-orang tua (a.k.a. anak-anak) tersebut dari bayangan mereka yang ada di air kotor yang menggenang di jalanan. Selain itu, mereka juga melompat-lompat di atas air tersebut.

Sajian gambar visual seperti ini juga akan memunculkan inteprestasi yang berbeda-beda dari penonton, tergantung dari sudut mana mereka melihat. Terkait dengan hal itu, Kelompok Diskusi Film A.I.G.? juga memiliki interprestasi tersendiri dari gambar ini. Sehubungan dengan delinquency tadi, anak-anak yang pada awalnya melihat bayangan mereka di atas air, kemudian menceburkan kaki-kaki mereka kedalam genangan air tersebut, seolah-olah mereka menginjak-injak bayangan tersebut. Menurut pemahaman kami, anak-anak yang diperankan oleh orang tua tersebut sedang dalam tahap mencari jati diri mereka. Anak-anak ini yakin bahwa mereka mampu berbuat seperti apa yang mereka inginkan. Bayangan dalam genangan air tersebut dianggap sebagai “diri” mereka, sebagaimana yang diinginkan oleh orang dewasa. Diri yang dimaksud adalah “Diri” yang ditemukan melalui tanggapan orang lain, yang oleh Cooley diistilahkan sebagai “diri cerminan orang lain/cermin diri” (1902, Horton, 1993). Oleh karena itu, mereka menginjak bayangan tersebut dengan maksud untuk menunjukkan eksistensi mereka sebagai “seseorang” yang bebas dan benar menurut pemikiran mereka masing-masing. Pada adegan tersebut, kita juga dapat melihat bahwa bayangan tersebut sedang melihat ke depan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, arah bayangan ini menunjukkan bahwa mereka sedang menuju masa depan, memiliki semanngat yang masih membara menuju tujuan akhir yang mereka inginkan.

Pembuatan video ini juga melibatkan unsur sejarah dan budaya negara Islandia, di mana simbol-simbol yang berhubungan dengan kebiasaan atau fenomena sosial yang dihadapi masyarakat Islandia dahulu dipertunjukkan dalam video. Kostum yang dikenakkan oleh salah seorang dari anggota geng tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa dahulunya masyarakat Islandia dikenal dengan bajak lautnya. Kelompok bajak laut ini bernama Viking.

Viking sendiri merupakan suku bangsa dari Skandinavia yang berprofesi sebagai pedagang, peladang, dan paling terkenal sebagai perompak (seringkali setelah gagal berniaga) yang di antara tahun 800 dan 1050 menjarah, menduduki dan berdagang sepanjang pesisir, sungai dan pulau di Eropa dan pesisir timur laut Amerika Utara, serta bagian timur Eropa sampai ke Rusia danKonstantinopel. Mereka memanggil diri mereka sebagai Norsemen (orang utara), sedangkan sumber-sumber utama Russia dan Bizantiummenyebut mereka dengan nama Varangian. Sampai sekarang orang Skandinaviamodern masih merujuk kepada diri mereka sebagai nordbo (penduduk utara).

Lawan yang mereka hadapi adalah sekelompok geng yang dipimpin oleh orang yang mengenakan topi, seperti topi seorang marinir (angkatan laut), yang menjadi musuh bebuyutan dari para perompak.

Kedua kelompok ini melakukan aksi serang-menyerang dan akhirnya berkelahi dalam jarak dekat. Dalam Video ini kelompok marinir menyerang dengan balon yang berisi air, sedangkan kelompok bajak laut mengunakan tanah lumpur untuk menyerang. Terlihat perbedaan alat perang yang dipergunakan oleh kedua kelompok tersebut, di mana kelompok marinir secara faktual kita nilai sebagai kelompok yang lebih elit.

Pada bagian akhir video ini memilki seting di daerah pemakaman, di mana di sanalah kedua kelompok ini melakukan aksi perkelahian (peperangan). Salah seorang anggota dalam kelompok bajak laut dipukul sampai berdarah oleh kelompok mariner, yang kemudian menyebabkan kelompok marinir melarikan diri ketika melihat musuhnya terluka. Adegan tersebut menjadi sebuah gambaran dari kecenderungan anak-anak nakal, yang lempar batu sembunyi tangan; melakukan suatu kenakalan tanpa pikir panjang, kemudian lari dari kesalahan mereka agar tidak kena marah oleh orang dewasa, seperti misalnya jikalau mereka membuat teman sepermainan terluka.

Kelompok Diskusi Fillm A.I.G.? menilai bahwa sutradara Video Hoppipolla ini adalah seorang sutradara yang baik, tidak hanya dari segi pengambilan tema dan gambar saja. Dari sisi teknik, dapat dilihat berdasarkan berbagai penjelasan di atas bahwa sang sutradara konsisten dengan apa yang telah dibuatnya. Akhir dari video ini memperlihatkan sebuah akhir yang sempurna, di mana penonton dapat menebak dengan jelas bahwa video ini telah berkahir. Gambar kelompok bajak laut yang pulang disuguhkan dengan menarik yang konsisten dengan prinsip; pemberitahuan awal dan akhir bukan dengan kata-kata atau tulisan, tetapi dengan bahasa gambar. Pada awal video dimulai, kelompok bajak laut ini datang dari arah kanan ke kiri maupun ke arah depan, kemudian diakhir video ditampilkan gambar kelompok bajak laut yang membelakangi kamera (sisi penonton) melangkah menuju arah kanan.


Hoppipolla by Sigur Ros
http://www.youtube.com/watch?v=v4kH_C96vjk

1 komentar:

Unknown mengatakan...

KEREN MAS <3

Posting Komentar